Apa yang terlintas dalam benak Anda ketika mendenpost power syndrome, dan lain sebagainya.
gar kata pensiun?
Mungkin sebagian besar orang akan mengidentikkan masa pensiun dengan
masa tua, tidak lagi berjibaku mencari nafkah, hidup bersahaja, ngemong
cucu, menghadapi risiko pikun,
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pensiun berarti tidak lagi
bekerja karena masa tugas sudah usai. Mengikuti definisi itu, masa
pensiun artinya Anda tidak lagi bekerja formal. Oleh karenanya, tingkat
penghasilan pun kemungkinan sudah tidak lagi sama seperti saat masih
bekerja dahulu. Bahkan, cenderung lebih sedikit mengingat produktivitas
Anda berhenti.
Anda beruntung bila termasuk kalangan yang sudah memiliki persiapan
pensiun memadai, misalnya berupa bekal pensiun yang sudah mencukupi.
Namun, tidak sedikit kalangan yang memasuki pensiun dengan persiapan
seadanya. Uang pensiun dari kantor pas-pasan, sedang kebutuhan hidup
terus meningkat. Bila Anda termasuk kalangan ini, sah-sah saja apabila
terpikir untuk kembali produktif secara finansial.
Bagaimana caranya? Karena sektor formal sudah tidak menyediakan
tempat bagi usia pensiun untuk terus bekerja, jalan satu-satunya adalah
bekerja di sektor non-formal.
Sari Insaniwati, perencana keuangan dari MRE Financial & Business
Advisory, berujar, ada banyak pilihan yang bisa Anda jajaki agar tetap
produktif secara finansial walau sudah memasuki kategori usia pensiun,
antara lain memulai bisnis atau memanfaatkan aset yang Anda miliki agar
bisa terus memberikan penghasilan rutin. Misalnya, memanfaatkan rumah
yang tidak ditinggali sebagai kontrak-an atau menginvestasikan sebagian
tabungan hari tua di instrumen fixed income atau pendapatan tetap, seperti deposito dan sukuk ritel.
Pilihan lain adalah menjadi tenaga profesional sesuai keahlian yang
Anda miliki. Misalnya, dahulu Anda bekerja di bidang perpajakan. Ketika
sudah pensiun, Anda bisa menjajaki karier sebagai konsultan pajak.
Beberapa profesi juga bisa tidak mengenal pensiun, seperti dokter,
arsitek, dan lain lain.
Diana Sandjaja, perencana keuangan Tatadana Consulting, menambahkan,
bisa pula Anda mengoptimalkan jaringan kerja atau relasi Anda dan
merintis profesi sebagai broker atau middleman. “Manfaatkan pengalaman
selama bekerja dengan mengajar, memberi seminar, atau menjadi
konsultan,” kata Diana.
Sari menimpali, apa pun kegiatan masa pensiun yang hendak Anda pilih,
sebaiknya Anda sudah membuat persiapan atau rintisan setidaknya satu
atau dua tahun sebelum masa pensiun tiba.
Bila memilih bisnis
Nah, bila Anda cenderung lebih sreg memulai usaha atau berbisnis
sebagai aktivitas saat pensiun agar tetap berpenghasilan, saatnya kini
bergerak. Sari menyebutkan beberapa kriteria usaha yang bisa dirintis
oleh pensiunan. Pertama, usaha dengan risiko relatif rendah dan pendapatan stabil.
Kedua, usaha yang mudah dijalankan dan tidak meminta stamina tinggi. Ketiga, usaha yang nilainya terus meningkat walaupun didiamkan. Keempat, usaha yang sesuai dengan minat dan keahlian.
Bisnis yang sesuai dengan beberapa kriteria tersebut, ujar Sari,
antara lain usaha di sektor riil, seperti peternakan, pertanian,
perkebunan, pariwisata, jasa, dan bisnis properti. Pilihan lain adalah
membeli waralaba. “Dengan menjalankan bisnis waralaba, kita sudah
memotong masa belajar karena sistemnya sudah disiapkan franchisor,”
jelas Sari.
Berikut ini beberapa hal yang perlu Anda lakukan bila ingin menjadi entrepreneur di masa pensiun:
Amankan kocek
Berbisnis tetap memiliki risiko. Maka itu, ketika hendak merintis usaha
dalam kondisi sudah pensiun, Anda tidak bisa asal tubruk. Posisi sebagai
pensiunan yang berpenghasilan terbatas menuntut Anda lebih cermat
mengatur kocek. “Amankan dana untuk kebutuhan sehari-hari di instrumen
dengan return stabil seperti deposito atau anuitas,” saran Diana.
Alhasil, untuk kebutuhan sehari-hari kelak, Anda tidak mengandalkan
hasil dari bisnis yang baru dirintis. Dana darurat juga tetap perlu Anda
siapkan sebagai antisipasi. Sedang untuk kebutuhan bisnis, gunakan
anggaran lain di luar anggaran untuk kebutuhan sehari-hari.
Siapkan modal
Supaya kocek tetap aman di masa pensiun, merintis usaha lebih baik
memakai modal sendiri alias bukan dana utang. Jangan pula
menginvestasikan seluruh dana modal yang Anda miliki untuk satu bisnis
saja. Cadangkan sebagian dana sebagai antisipasi apabila percobaan
bisnis pertama Anda gagal. “Kecenderungan gagal bisnis start up cukup
besar,” kata dia.
Konsep bisnis
Memulai usaha tidak bisa ujug-ujug berhasil. Agar lebih matang, siapkan
rencana bisnis yang jelas. Tidak perlu terlalu rumit. Cukup perjelas
jenis usaha, pasar atau konsumen yang disasar, kondisi persaingan di
bidang usaha tersebut, rencana pemasaran, dan apa keunikan bisnis
(unique selling point). Tidak lupa, simulasi usaha berisi analisis balik
modal, proyeksi arus kas, dan sebagainya.
Bila harus berutang
Lantas, bagaimana jika modal untuk bisnis tidak ada atau kurang memadai?
Bolehkah melirik utang atau kredit bank? Para perencana keuangan kompak
tidak menyarankan hal itu. “Jika bisnis masih baru dan belum memberi
pendapatan yang stabil, belum waktunya kita ambil kredit dengan cicilan
rutin,” jelas Diana.
Maklum, pendapatan seorang pensiunan umumnya jauh lebih kecil
ketimbang yang masih produktif. Akan terlalu berisiko jika memulai usaha
pada saat pensiun dengan modal utang. “Kalaupun mengambil kredit saat
pensiun, penggunaannya adalah untuk ekspansi usaha yang sudah ada. Bukan
untuk merintis usaha,” tegas Budi Raharjo, perencana keuangan OneShildt
Financial Planning.
Jika memang dana pribadi Anda tidak memadai sebagai modal bisnis yang
hendak Anda rintis, masih ada jalan lain. Rakhmi Permatasari, perencana
keuangan dari Safir Senduk dan Rekan, menyarankan Anda untuk
menggandeng investor atau penanam modal. “Ajak kerjasama teman atau
saudara sebagai rekan bisnis sehingga modal usaha tidak 100% berasal
dari utang,” kata dia.
Nah, bila memang harus berutang untuk modal usaha rintisan, Anda
harus memperhatikan hal-hal berikut ini agar utang tidak jadi malapetaka
di masa pensiun Anda. Pertama, kemampuan membayar cicilan
utang. “Apakah uang pensiun yang Anda terima cukup untuk melunasi
pinjaman dan menopang hidup?” kata Rakhmi.
Hindari berasumsi cicilan utang akan Anda bayar dari hasil usaha yang
kategorinya start up. Buat simulasi apabila mengambil kredit dengan
cicilan sekian rupiah per bulan ditambah pengeluaran sehari-hari, apakah
Anda masih bisa leluasa mengatur kocek Anda?
Kedua, penggunaan dana utang. Beberapa bank saat ini
menawarkan kredit untuk pensiunan. Syaratnya mudah. Surat keputusan (SK)
pensiun jadi jaminan karena pembayaran cicilan utang dipotong langsung
dari uang pensiun debitur.
Beberapa bank tidak ketat membatasi peruntukan kredit apakah hanya
untuk usaha atau bisa untuk kegiatan konsumtif. Bila Anda tidak memiliki
komitmen kuat dan hitungan jelas tentang penggunaan dana, lebih baik
tidak melirik tawaran kredit tersebut. Risiko terlalu besar. Maklum,
kebanyakan bunga kredit pensiunan memakai bunga flat. Artinya, bunga
utang dihitung berdasarkan nilai total utang, tanpa melihat nilai pokok
utang yang telah dibayarkan debitur.
Singkat kata, bunga flat identik dengan harga mahal. Berusaha tetap
produktif ketika pensiun adalah hal baik, tapi pastikan caranya tepat
agar kocek tetap sehat!
Kocek Tetap Aman Saat Pensiun
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar: