Laju rupiah diperkirakan masih cenderung melemah pada perdagangan
Kamis, 12 Februari 2015. Kemarin, tekanan dolar AS mampu merontokkan
rupiah hingga menyentuh level Rp12.700, atau menyamai salah satu rekor
terburuk sejak perdagangan 2 Februari 2015.
Menurut Kepala Riset PT Woori Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada, anjloknya rupiah akibat membaiknya rilis redbook dan meningkatnya JOLTs job openings AS yang memicu dolar kembali terapresiasi. Dengan demikian, katanya, mata uang garuda tersebut berada di bawah target level support (batas bawah) Rp12.649.
"Pasar juga masih tetap bersikap wait and see,
jelang pengumuman dari Bank Indonesia terkait kebijakan suku bunga.
Semua menantikan apakah suku bunga akan turun atau masih tetap di 7,75
persen," ungkapnya kepada VIVA.co.id melalui pesan singkat.
Untuk
diketahui, rupiah sempat mendarat di angka terendahnya pada level
Rp12.900 di 16 Desember 2014. Namun, pelemahan terbesar sepanjang
sejarah masih tercatat pada perdagangan 22 Januari 1998 silam, yang
berada di level Rp17 ribu.
Reza pun menyarankan, agar tetap mewaspadai potensi pelemahan
lanjutan. Untuk kisaran pergerakan rupiah hari ini, dia memperkirakan
masih belum jauh dari level Rp12.710-12.689 (kurs tengah BI).
Namun
demikian, kekhawatiran terhadap melemahnya rupiah tak berlaku bagi
Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas, Faisal Basri. Sebelumnya, dia
berani menyatakan bahwa di akhir 2015, rupiah mampu menembus di level
Rp11.000.
"Penguatan tersebut ditandai oleh defisit minyak yang
menurun dan ditambah dengan pengurangan anggaran subsidi bahan bakar
minyak (BBM) serta pertumbuhan industri otomotif yang meningkat sebesar
lima persen," tambah Faisal.
Hati-hati Rupiah Bakal Terperosok Makin Dalam
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar: